Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 28 Januari 2011

Fenomena Ramadhan, Sekularisasi Ciptakan Pribadi Hipokrit!

Drs. Yadi Purwanto, MM., MBA
Ketua program Magister Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS)
Wakil ketua Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islami (API)

Bagaimana Anda menanggapi fenomena mendadak religius menjelang Ramadhan?
Pertama, pada dasarnya di dalam diri manusia, siapa pun dia memiliki insting beragama. Insting itu akan muncul semakin besar ketika suasananya memungkinkan.Biasanya Ramadhan itu secara situasional memungkinkan insting beragama orang muncul.

Kedua, rasa pertobatan. Karena mereka juga sebagai manusia yang memiliki potensi positif. mereka sadar dunia artis bergelimang ketidakberesan, semisal pamer wajah, hingga aurat. Dan kesadaran bahwa program yang mereka buat tidak semata-mata menghibur, tapi juga merusak. Maka, ada saatnya, di bulan Ramadhan, mereka bertobat.

Ketiga, kapitalisme Religius Jadi. kapitalisme ini tetap saja konteksnya perdagangan. Cuma yang didagangkan religiusitas. Mereka itu agen-agen ekonomi yang memanfaatkan peluang apa saja termasuk religiusitas. Dan apapun selama bisa dijual dan memberi manfaat ya digarap. Tapi motifnya Ujung-ujung Duit.

Model Psikologi behaviorisme sendiri perannya disini bagaimana?
Teori dasarnya sederhana ada stimulus, proses dan report. Dari teori sederhana inilah kebiasan yang terjadi di era kapitalisme ini. Stimulus kita memang hedonisme. Kalaupun beragama itu dalam rangka mencari kenikmatan, mencari bathiniyah pribadi, mencari kesenangan, kesohoran. Itu kan hedonisme. Secara umum stimulusnya sudah dikuasai oleh model itu.

Sedangkan secara proses, di dalam diri manusia kita juga merupakan hasil produk sosial yang boleh dikira semi rusak. Kita dididik secara sekuler. Jadi proses yang ada di dalam diri manusia Indonesia adalah secara umum proses sekularisasi. Kalau acara ramadhan jadi baik tapi di luar ramadhan jadi rusak. Nggak shaum nggak apa-apa itu hak saya, tapi ketika di shoot minimal kelihatan berbeda di muka umum.

Maka munculah pribadi-pribadi ganda atau hipokrit. Pemimpin juga mendadak baik di bulan ramadhan, maulid dan momen lainnya. Begitu juga penindakan miras mendadak ramai di bulan ramadhan, di luar ramadhan dibekingi. Seperti itulah faktanya.

Pribadi ganda dalam istilah psikologi seperti apa?
Ya itu tadi Split Personality dan Hipokrit.  Split Personality biasanya agak abnormal tapi kalau Hipokrit dikaitkan dengan orang normal, cuma punya kepribadian atau kebiasaan bermuka banyak. Ia tidak punya rasa bersalah ketika dia berperan yang lain, karena itu sudah kebiasaan rusak, kebiasaan fasik, nifak, Berkata tidak jujur, berbuat tidak sesuai yang diucapkan. Misalnya  aktor/aktris sinetron, di luar tidak berjilbab di sinetron dia berjilbab, di luar sinetron tidak baik di sinetron menjadi solehah.

Solusi mengatasi dua kepribadian ganda?
Split Personality harus melakukan konseling, karena itu termasuk abnormal. Tapi kalau hipokrit, cara menghilangkannya,  yang pertama ilmu. Karena hipokrit itu nifak. Apakah kita akan menjadi orang nifak apa tidak karena nifak itu ada di nereka yang paling bawah asfal min nar jadi harus ada kesadaran.
Kedua, kita harus punya saudara/teman yang mengingatkan kita untuk selalu berada dalam kebaikan.

Kalau begitu bagaimana cara seseorang bisa berubah dan konsisten dalam beramal?
Kenapa orang bisa berubah? ada dua dalam teori psikologi. Yaitu Behaviorisme (Perilaku) itu adalah Perkawinan antara I+E. I (Individual/pribadi) dan E (Environment/lingkungan).

Jadi kalau individunya rusak kemudian lingkungan baik maka tetap rusak. Ada juga yang individunya potensi baik tapi lingkungan rusak maka dia bisa rusak. Maka tinggal kuat I atau E.

Kalau I nya lebih kuat dari E maka dia bisa merubah lingkungn tapi kalau E nya lebih kuat dari I maka I akan dipengaruhi oleh E. Kalau I kuat lingkungan diajak didakwahi tapi Kalau E nilai negatifnya kuat maka individu diracuni.

Cuma kalau dalam teori perilaku psikologi Islami, Perilaku itu fungsi I, E dan H (Hidayah). Bisa jadi Individu lemah, lingkungan lemah tapi kemudian ada hidayah maka I jadi kuat. bisa juga I baik E rusak tapi ada hidayah itu bisa baik.

Nah itu bisa diraih di bulan Ramadhan. Hidayah Allah di bulan ramadhan lebih besar. Lingkungannya lebih baik, setan diikat, sehingga potensi untuk melakukan kebaikan lebih besar. Maka teori yang ke 3 kita pakai I+ E+ H.

Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 37

Tulisan Berkaitan

0 komentar:

Posting Komentar